Detergen merupakan produk kimia yang umumnya digunakan dalam aplikasi pembersih, yang kini permasalahan baru biodiversitas terancam ketika detergen dibuang begitu saja ke perairan, sehingga menjadi masalah pencemaran ekologi serius karena sulit untuk didegradasi bahkan setelah limbahnya diolah terlebih dahulu.
Oleh karena itu, perlu sebuah terobosan green-tech, di mana produk detergent meski sama-sama bersifat surfaktan, air buangan yang menjadi tercemar ini dapat berkurang , bahkan tertanggulangi. Detergen cair tersebut harus berbasis surfaktan ramah lingkungan berbahan sampah organic, yang umumnya mengandung H2O2, C3H6O3, bersifat surfaktan dan aktivitas enzyme bagi nutrient vektor mikroba probiotik dan xenobiotic makro-mikro.
Salah satu produk detergent yang ramah lingkungan mengandung Eco enzyme yang merupakan cairan organik kompleks yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik, gula, dan air. Bahan organik yang digunakan untuk pembuatan eco enzyme dapat berupa sampah organik seperti sampah sayuran maupun sampah buah-buahan. Oleh karena itu eco enzyme dapat digunakan sebagai cara pengolahan sampah organik.
Eco enzyme dihasilkan dari proses dekomposisi senyawa karbon yang terdapat pada substrat (sampah jeruk). Eco enzyme juga dihasilkan dari dekomposisi dari senyawa protein, garam mineral, dan asam organik. Kulit jeruk mengandung bromelain yang dapat menghasilkan enzim amilase. Kulit jeruk juga mengandung asam askorbat yang dapat meningkatkan anti mikroba dan anti inflamasi dari eco enzyme. Ecoenzyme dapat membunuh kuman, bakteri, dan virus karena memiliki kandungan asam asetat, peroksida dan alkohol. Detergen berbasis ecoenzyme ini yang mampu mempertahankam kadar oksigen dalam air buangan, baik yang berada dalam siklus air maupun yang berada dalam tubuh organisme. Akibat sistemik yang ditimbulkan adalah keanekaragaman hayati terjaga keseimbangannya, termasuk ketersediaan oksigen, air dan ketahanan hutan sebagai paru-paru dunia secara umum.